Rabu, 05 Oktober 2011

KESELAMATAN - PEMBENARAN ALLAH

KESELAMATAN

A. Rencana Keselamatan
Alkitab menunjukkan bahwa Allah mempunyai rencana yang pasti dalam keselamatan. Menurut Rasul Petrus bahwa Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir (1 Petrus 1:20). Menzies dan Horton menjelaskan bahwa rencana keselamatan telah dibuat Allah sebelum penciptaan, yang mencakup rencana penebusan bagi umat manusia yang telah jatuh dalam dosa. Artinya, kematian Kristus karena dosa-dosa manusia bukanlah rencana B, ataupun sesuatu yang ditambahkan ketika ciptaan menjadi kacau balau. Dia adalah Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Wahyu 13:8). Dengan demikian, Keselamatan telah disiapkan Allah sejak semula, bahkan sebelum kejatuhan yang terjadi dalam Taman Eden. Hal ini didukung oleh Ibrani 4:3 yang menegaskan bahwa, “... pekerjaanNya sudah selesai sejak dunia dijadikan.
Rencana keselamatan ini, menurut Sualang, meliputi alat-alat yang dengannya keselamatan diadakan, tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, orang-orang yang mendapat manfaat dari rencana itu, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai keselamatan, serta agen dan alat yang digunakannya untuk menerapkannya. Rencana itu hanya satu untuk keselamatan semua manusia segala zaman. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kisah para rasul 4:12)

1. Manusia Telah Jatuh Dalam Dosa
Fakta tentang kejatuhan manusia tidak dapat terbantahkan. Roma 3 : 23 menyatakan dengan tegas bahwa, semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Adam melanggar hukum yang telah diberikan kepadanya. Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk kedalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa, (Roma 5 : 12). Dosa adalah pelanggaran hukum (1 Yohanes 3 : 4). Dosa menjadikan manusia tanpa hukum dan pemberontak didalam hati. Dosa juga memisahkan manusia dari Allah (Yesaya 59:2), menciptakan suatu jurang di antara manusia dan Allah.
Caram mengatakan bahwa Manusia berdosa secara alamiah sebab itu, manusia berdosa didalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Ia bukan orang berdosa karena ia melakukan dosa tetapi ia berdosa karena ia seorang pendosa. Sedangkan Evans mendefinisikan bahwa, dosa adalah kegagalan manusia mencerminkan sifat kudus Allah dan menaati hukum-hukumNya yang benar. Hal senada diungkapkan oleh Marantika yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang bertentangan dengan Pribadi dan Karakter Allah adalah dosa. Dengan demikian apa saja yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan sifat Allah yang kudus dan sempurna adalah dosa.
Menurut Lapian, dkk; Ada beberapa alasan mengapa manusia disebut berdosa, yaitu :
a. Manusia telah berdosa karena penolakan terhadap pernyataan Alkitab (Kisah
14:17; Roma 1:18-20)
b. Manusia telah berdosa karena menyangkal kata hati/Conscience (Roma 2:14-16)
c. Manusia telah berdosa karena menuruti dunia ini ( Efesus 2:2; Yakobus 4:4;
1 Yohanes 2:15-17)
d. Manusia telah berdosa karena mengikuti setan (Yohanes 8:42-44; II Korintus
4:4; Kolose 1:13; I Yohanes 3:10, 5:19)
e. Manusia telah berdosa karena telah memusuhi Allah dalam semua tindakannya
f. Manusia berdosa karena melakukan perbuatan dosa (Roma 5:12, Efesus 4:18)
g. Manusia telah berdosa karena tidak mengikuti keinginan Allah (Yohanes 3:36;
Efesus 2:12; Yohanes 5:12; Yudas 19).
Sehingga merupakan suatu kenyataan bahwa manusia telah jatuh dalam keadaan berdosa, menjadi rusak sama sekali didalam roh, jiwa dan tubuh.

2. Penetapan dan Penerapan Keselamatan
Keselamatan ditetapkan Allah bagi semua manusia. Dalam penetapan keselamatan ini tidak seorangpun yang terabaikan. Allah tidak menghendaki seorangpun binasa; sebaliknya Ia menghendaki supaya semua manusia datang kepadaNya dan memiliki hidup yang kekal. Rasul Petrus menyatakan bahwa, Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (1 Petrus 3 : 9.b).
Akan tetapi, menurut Sualang, karena Kristus digerakkan oleh kasih karunia untuk menyelamatkan manusia, demikian pula ia tergerak oleh kasih karunia untuk meletakkan syarat-syarat supaya keselamatan dapat dimiliki oleh semua manusia. Jadi, walaupun Allah mengasihi semua manusia dan Kristus mati untuk semua dan keselamatan ditawarkan kepada semua, tetapi tidak dengan sendirinya semua akan diselamatkan. Ayat-ayat ini menunjukan perbedaan antara penetapan dan penerapan keselamatan:
a. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal (penetapan), supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (penerapan). Yohanes 3:16.
b. Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia (Penetapan) terutama mereka yang percaya (penerapan). 2 Timotius 4:10.
c. Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi (penetapan) bagi semua orang yang taat kepadaNya (penerapan). Ibrani 5:9.

B. Pembenaran Allah
Pembenaran itu perlu. Akibat dosa manusia dihukum oleh Allah. Segala dosa dan kesalahan manusia telah memisahkan manusia dari Allah yang kudus. Alkitab menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang benar, semua orang telah menyeleweng, dan menjadi tidak berguna (Roma 3:10,12 dan 23). Seluruh dunia bersalah dihadapan Allah. Karena itu, harus ada suatu pembenaran dan penghapusan semua pelangaran yang telah dilakukan manusia.

1. Pengertian Pembenaran
Pembenaran dalam bahasa Grika menggunakan kata “Dikaiosune”. Dikaiosune merupakan istilah hukum yang diambil dan dipakai di ruang sidang pengadilan. Dikaiosune yang diterjemahkan “Membenarkan” berarti mengumumkan putusan yang baik, atau untuk menyatakan benar. Van den End melaporkan bahwa menurut Marthen Luther “dikaiosune” bukanlah kebenaran yang mengganjar (keadilan), melainkan kebenaran yang membenarkan, membebaskan dari hukuman orang yang sebenarnya tidak layak dibebaskan.
Barclay menjelaskan bahwa konsep pembenaran bukan berarti bahwa Allah membenarkan manusia karena Allah menemukan alasan yang membuktikan bahwa manusia itu benar tetapi Allah memperlakukan manusia berdosa itu seolah-olah tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Allah tidak memperlakukannya sebagai orang yang bersalah yang harus di hukum, tetapi sebagai seorang anak yang dikasihi. Pernyataan ini sependapat dengan van den End yang berkata bahwa pembenaran Allah adalah tindakan Allah yang menganugrahkan pembebasan kepada terdakwa, pengampunan kepada orang berdosa dengan tidak melihat perbuatannya. Selanjutnya Caram menyimpulkan bahwa pembenaran tidaklah berarti bahwa manusia memang sudah benar, melainkan cuma dianggap benar. Ini dapat digambarkan sebagai seseorang yang berdiri dihadapan hakim dan dibebaskan dari perkaranya. Ketika seorang penjahat dibebaskan, tidak ada sesuatupun yang terjadi pada sifat dasarnya. Hanya posisinya saja yang berubah dan dinyatakan bebas. Dengan demikian Pembenaran adalah sebuah pengalaman instan dimana kita dinyatakan sebagai orang benar.
Evans kemudian memberi pernyatan bahwa definisi dasar untuk pembenaran adalah tindakan pengadilan yang olehnya Allah menyatakan benar mereka yang percaya kepada Yesus Kristus (Roma 3:26), yang menurut Sualang tercakup didalamnya :
1.1. Pengampunan atau peniadaan hukuman karena dosa
1.2. Penganugrahan Kebenaran
1.3. Posisi benar di muka Allah

2. Sarana-Sarana Pembenaran Allah
2.1. Kasih Karunia
Dalam bahasa Grika, Kasih Karunia adalah “charis” yang berarti pemberian yang dilakukan dengan bebas tanpa adanya tuntutan atau harapan pengembalian. Lapian dkk mendefinisikan bahwa kasih karunia adalah anugrah yang tak selayaknya diterima, yang tidak semestinya dan yang tak sepantasnya di anugrahkan kepada orang berdosa. Sedangkan Evans berpendapat bahwa kasih karunia adalah kemurahan Allah yang diberikan kepada orang berdosa yang tidak layak menerimanya.
Menurut Kevin J. Coner yang dilaporkan Lapian dkk, bahwa definisi teologis terbaik untuk kasih karunia adalah kebaikan Allah yang tidak layak diterima, tidak di usahakan dan tak ternilai yang diberikan kepada orang-orang berdosa. Lebih lanjut Sualang menjelaskan bahwa Anugrah ini tidak seharusnya diterima, karena manusia seharusnya mendapat murka Allah (Roma 9:22), tidak sepantasnya diterima karena manusia tidak menerimanya dengan bekerja (Efesus 2:8-9; Titus 3:4-7) dan tidak pada tempatnya diterima karena tidak ada sesuatu yang pantas pada manusia untuk menerimanya (Roma 2:23-25). Motif bagi pemberi adalah murah hati dan bebas.
Berdasarkan Efesus 2:4-5, ”Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih karunia kamu diselamatkan; Evans memberikan suatu argumentasi teologis bahwa kasih karunia adalah perkawinan antara Kasih dan Rahmat-Nya. Di mana yang dimaksud dengan Rahmat ialah tindakan Allah yang tidak memberikan apa yang patut manusia terima, yaitu penghakiman dan ke neraka untuk selama-lamanya. Sedangkan Kasih adalah tindakan Allah yang memberikan apa yang tidak pantas diterima manusia yaitu keselamatan dan hidup kekal di sorga.
Menurut Truscott kasih karunia mencakup 3 bagian penting, yaitu :
1. Ada yang harus menawarkannya
2. Ada yang harus menerimanya
3. Orang yang menerima tidak perlu membayar untuk mendapatkannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kasih karunia adalah sesuatu yang ditawarkan secara cuma-cuma dan diterima tanpa harus memikirkan untuk membayarnya. Rasul Paulus menyatakan bahwa, “...oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus (Roma 3:24).

2.2. Kematian Kristus
Allah ingin membenarkan manusia berdosa, namun Ia tidak dapat membenarkan kalau Ia tidak memiliki dasar-dasar bagi pembenaran. Paulus menulis dalam Roma 5 : 8 bahwa, “Akan tetapi Allah menunjukkan KasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Artinya, bahwa Kematian Kristus merupakan dasar dari suatu pembenaran yang dikerjakan oleh Allah untuk keselamatan manusia. Wesley Brill mencatat bahwa kematian Kristus disebut lebih dari 175 kali dalam perjanjian baru. Paulus menegaskan bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita ( 1 Korintus 15:3.b). Pernyataan ini memberikan ketegasan bahwa hanya melalui kematian Kristus seluruh dosa manusia di ampuni.
Kayafas, Imam Besar yang menentang Yesus selama pelayanan-Nya dan yang menyerahkan Yesus kepada penguasa Romawi untuk disalib, menubuatkan tujuan kematian Kristus. Kayafas berkata, “kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa. Alkitab mencatat bahwa perkataan Kayafas itu bukan dari dirinya sendiri tetapi merupakan nubuatan dari Allah, yang menyatakan bahwa Yesus akan mati untuk bangsa Israel, dan bukan untuk bangsa Israel saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai (Yohanes 11:49-52).
Bertolak dari Roma 6:6-14, Caram menyimpulkan bahwa ada 2 tujuan utama dari Kematian Kristus, yaitu :
1. Untuk menjadi Korban Penghapus dosa (bagi sifat dosa manusia)
Daud berkata, “sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku’ (Mazmur 51:7). Sejak dalam kandungan manusia telah memiliki sifat dosa. Sifat dosa ini diwariskan oleh Adam. Menurut Evans, Sifat dosa ialah Kemampuan dan kecenderungan untuk berbuat dosa. Artinya, bahwa setiap manusia mempunyai potensi di dalam dirinya untuk melakukan apa saja yang disebut dosa, dan hal itu terjadi secara otomatis. Hal ini di akui Paulus dengan mengatakan tentang dirinya, “Aku tahu bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik (Roma 7:18)
Akan tetapi, melalui kematian Kristus sifat dosa ini dapat dibuat tidak berdaya. Van den End menganalogikan tentang sifat dosa ini dengan virus penyakit yang ada dalam tubuh manusia. Virus penyakit sudah ada pada manusia sejak dalam kandungan namun virus tersebut tidak akan berpengaruh dan bereaksi dalam tubuh selama manusia hidup sehat.
2. Untuk menjadi Korban Penebus salah (bagi semua perbuatan dosa manusia)
Kristus telah mati karena dosa-dosa kita (1 Korintus 15:3). Menurut Wesley Brill Kematian-Nya karena dosa-dosa manusia, yaitu dosa yang menyebabkan dan menuntut kematian-Nya. Tetapi bukan dosa - dosa-Nya yang ditanggungNya, melainkan dosa-dosa orang lain, sebab Ia sendiri tidak berdosa. Menurut Matius 20:28, Yesus menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, yaitu tebusan untuk melepaskan manusia dari kematian.
Di atas kayu salib Yesus berkata sudah selesai (Yohanes 19:30), yang menurut Kennedy berarti bahwa semua dosa manusia yang dilakukan pada masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang telah selesai dibayar oleh kematian-Nya.
Lapian dkk, melaporkan bahwa keseluruhan kekristenan dibangun di atas kematian Kristus. Jadi, tanpa kematian Kristus tidak akan ada pembenaran dan keselamatan bagi manusia.

2.3. Penebusan Darah
Roma 3 : 24 berkata, “dan oleh Kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Penebusan (Inggris: Redemption) artinya membeli kembali, membayar harganya dipasar. Evans berkata bahwa konteks Alkitabiah untuk Penebusan adalah perbudakan. Seseorang yang ingin memperoleh seorang budak akan pergi ke pasar budak dan menawar budak-budak ketika mereka dilelang dan ditawarkan untuk dibeli. Tebusan (Inggris: Ransom) adalah harga yang dibayar dalam transaksi penebusan, harga yang dibayar untuk melepaskan hamba atau orang yang terjual. Menurut Evans, konsep uang tebusan memberikan pemahaman bahwa ketika Yesus menebus manusia, Ia melakukan itu dengan maksud membebaskan manusia, bukan untuk memperbudak manusia.
Injil Markus 10:45 menulis bahwa, “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan. Kemudian Rasul Petrus menjelaskan bahwa, “kamu telah ditebus...bukan dengan barang yang fana, bukan dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).
Darah merupakan harga untuk dosa. “Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibrani 9:22). Dosa begitu mahal sehingga yang dibutuhkan adalah yang terbaik dari sorga untuk membeli manusia dari pasar budak. Hal ini disebabkan karena penghukuman Allah terhadap dosa sangat berat. Sebab upah dosa adalah maut ( Roma 6:23a).
Menurut Sproul Konsep penebusan sudah ada sejak Perjanjian lama, yaitu pada waktu Allah membentuk suatu sistim dimana melaluinya orang Israel dapat melakukan penebusan untuk dosa-dosa mereka. Menebus berarti membebaskan seseorang dari kesalahan atau membuat sesuatu menjadi benar. Evans menjelaskan bahwa ketika orang Isreael membawa domba yang tak bercacat kepada imam sebagai persembahan untuk penebusan dosa, imam itu meletakkan tangannya ke atas kepala domba itu sementara orang yang membawa domba itu mengaku dosanya; itu dilakukan sebagai tanda bahwa dosa orang itu sudah dipindahkan pada domba itu. Kemudian imam itu memotong leher domba dan menumpahkan darahnya ketika domba itu mati menggantikan orang yang bersalah itu. Rasul Yohanes berkata,”lihatlah Anak Domba Allah yang mengangkut dosa isi dunia” (Yohanes 1:29).
Penebusan Kristus merupakan suatu tindakan inisiatif Allah untuk membawa kembali manusia dari perbudakan, ketertawanan dan kematian dengan harga yang ditentukan-Nya yaitu darah-Nya sendiri. Sualang menambahkan bahwa pembayaran ini bukan kepada Iblis melainkan kepada Allah Bapa di sorga.

2.4. Pendamaian
Kematian Kristus adalah pemuasan murka itu.
Pendamaian berarti menutupi, menebus, memuaskan, membersihkan, mengampuni, berkemurahan, menentramkan dan merekonsiliasi. Menurut Evans pendamaian itu perlu karena dosa telah mengganggu kekudusan Allah dan mengakibatkan murka-Nya (Roma 1:18). Murka ini perlu diredahkan atau didamaikan sebelum Ia dapat menerima manusia. Mendamaikan berarti membuat seseorang mendapat kesan menyenangkan terhadap orang lain. Allah tidak puas dengan umat manusia karena dosa merupakan penghinaan terhadap sifat-Nya yang kudus. Jadi harus ada yang dilakukan untuk mendamaikan murka Allah.
Hal itu mengelakkan murka itu dengan mempersembahkan hadiah untuk mendamaikan pihak yang dibuat marah. Mendamaikan berarti memuaskan.

2.5. Perdamaian
Roma 5 : 10 mengatakan, “ Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya.
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan matinya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru didalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, didalam satu tubuh, dengan Allah oleh Salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (Efesus 2 : 14 -15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar