Rabu, 05 Oktober 2011

PERANAN ROH KUDUS DALAM KESELAMATAN

Peranan Roh Kudus Dalam Keselamatan

Alkitab mengajarkan bahwa dalam tiap-tiap pekerjaan Allah, maka Bapa, Anak dan Roh Kudus selalu bekerja bersama-sama. Kerja sama ini menurut J. Wesley Brill mulai dari pekerjaan penciptaan alam semesta sampai di dalam menebus manusia dan menyelamatkan manusia, dimana kuasa untuk menciptakan berasal dari Bapa, kuasa untuk mengatur berasal dari Anak dan kuasa untuk menyelenggarakan atau menyempurnakan berasal dari Roh Kudus.

Dalam proses keselamatan manusia Roh Kudus mengambil peran sebagai berikut :

1. Regenerasi
Regenerasi merupakan istilah teologis yang digunakan untuk menjelaskan kelahiran baru. Didalam bahasa Grika regenerasi atau kelahiran baru menggunakan kata “paliggenesia”; palin berarti kembali dan genesia berarti kelahiran, di gunakan untuk kelahiran kembali secara rohani (Titus 3:5) yang meliputi komunikasi kehidupan baru. Ness mengemukakan bahwa regenerasi adalah suatu tindakan di mana Allah memberikan hidup kepada orang yang percaya. Sedangkan menurut Truscott bahwa dalam bahasa Inggris regenerasi menggunakan istilah ‘generate’ yang berarti menciptakan atau menghasilkan kehidupan. Dan hal itu menunjuk kepada pemulihan kehidupan setelah kematian.
Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa kelahiran baru secara rohani merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan untuk memasuki kerajaan Allah. Dia menegaskan itu kepada Nikodemus,” Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah (Yohanes 3:3). Hal ini berarti bahwa Kelahiran baru, merupakan bagian yang penting didalam keselamatan; tanpa kelahiran baru, tidak mungkin seseorang dapat masuk kedalam kerajaan Allah. YeSus berkata, “Janganlah engkau heran karena Aku berkata kepadamu: kamu harus dilahirkan kembali (Yoh. 3:7).
Caram mendefinisikan kelahiran baru adalah pengalaman mujizat kasih karunia, dimana roh manusia yang telah mati terhadap Allah serta terpisah dari hadirat-Nya kemudian di hidupkan kembali sehingga manusia mampu menanggapi Dia. Lebih lanjut Sualang melaporkan bahwa menurut The Zondervan Topical Bible kelahiran baru adalah perubahan rohani yang terjadi di dalam hati manusia oleh Roh Kudus di mana keadaan berdosanya yang telah menjadi sifatnya diubahkan sehingga dapat memberi respons pada Allah di dalam iman dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ini meluas pada keseluruhan sifat dasar manusia; mengganti kecenderungannya yang menguasai, menerangi pikirannya, membebaskan kehendaknya dan membaharui sifat dasarnya.
Sproul lebih menekankan bahwa kelahiran baru merupakan pekerjaan Roh Kudus atas diri mereka yang secara rohani telah mati (Efesus 2:1-10). Roh Kudus menciptakan kembali hati manusia, membangkitkannya dari kematian secara rohani kepada kehidupan secara rohani. Dimana, pada mulanya mereka tidak memiliki posisi, kecenderungan atau kerinduan untuk hal-hal yang berasal dari Allah, sekarang, mereka berpaling dan memiliki kecenderungan kepada Allah. Didalam regenerasi, Allah menanamkan suatu kerinduan untuk diri-Nya sendiri didalam hati manusia yang tadinya tidak dimiliki oleh manusia. Sedangkan Marantika mendefinisikan bahwa regenerasi adalah aktivitas Roh Allah yang memberikan kodrat baru kepada seorang berdosa didasari oleh karena ia telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi. Hal ini senada dengan pernyataan Evans yang mengatakan bahwa regenerasi adalah proses yang dengannya Allah menanamkan kehidupan rohani baru, hidupNya sendiri, didalam hati orang berdosa yang percaya kepada Yesus Kristus untuk menyelamatkan dia.
Thiessen memberikan kesimpulan bahwa regenerasi adalah komunikasi dari kehidupan Ilahi pada jiwa/roh (Yohanes 3:5; 10:10,28; 1 Yoh, 5:11,12), mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (2 Petr. 1:4), hati yang baru (Yer. 24:7; Yeh. 11:19; 36:36) dan menghasilkan ciptaan baru (2 Kor. 5:17; Ef. 2:10; 4:24). Dengan demikian, Kelahiran baru terjadi secara instan namun juga progresif (Caram).

Dikatakan oleh Marantika bahwa Proses kelahiran baru, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Firman Allah yang membuahkan pertobatan yang dilukiskan dengan air yang membersihkan (Yoh. 3:5)
b) Pekerjaan Roh Kudus (Yoh.3:5, 6-12)
c) Iman kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:14,16), dimana fondasi kelahiran baru adalah hanya oleh darah Yesus Kristus saja (1 Petr. 1:17-23).

Setelah seseorang mengalami proses kelahiran baru atau regenerasi itu maka hasilnya adalah sebagai berikut :
a) Regenerasi menjadikan orang percaya itu anak Allah. Ini berarti bahwa semua milik Bapa di Sorga itu tersedia baginya sekarang dan selamanya (Yoh. 1:12; Gal. 3:26; Roma 8:16-17)
b) Regenerasi menjadikan seseorang ciptaan baru dengan hati yang baru (2 Kor.5:17; Efe. 2:10). Bukan hanya perubahan fisik (Roma 8:9), namun bentuk atau pola hidupnya tidak lagi mengikuti pola dunia.
c) Regenerasi menjadikan orang-orang percaya menjadi pewaris kodrat Allah (Ef.4:24; Kol. 3:10).
d) Regenerasi membuka kemungkinan kemenangan atas dunia (Roma 8:1-2). Roma 7:11-24 menyatakan bahwa manusia yang dilahirkan baru terbebas dari hukum dosa dan kematian.
e) Regenerasi mengakibatkan hadirnya ciri hidup kasih kepada semua saudara (1 Yoh. 3:14; 4:7). 1 Yohanes 5:1 berkata, “Setiap orang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir pada-Nya.”

2. Adopsi
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru : “ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:23).
Dalam bahasa Grika, Adopsi menggunakan kata ‘huiothesia’ yang artinya pemberian posisi legal sebagai anak. Menurut Sualang kata ini terdiri dari ‘huios’ yang berarti anak dan ‘thesis’ yang berarti menempatkan. Dengan demikian, Adopsi atau pengangkatan menjadi anak adalah tindakan Allah yang dengannya seorang anak ditempatkan sebagai putra yang memiliki hak penuh atas kepunyaan Bapa.
Marantika menjelaskan bahwa ada dua istilah yang dipakai dalam Perjanjian Baru untuk kata anak yaitu teknon yang dipakai untuk menyatakan anak yang hadir dalam suatu keluarga melalui kelahiran biasa. Sedangkan istilah huios umumnya dipakai untuk menyatakan tentang anak yang sama tetapi telah dewasa, yang juga pada suatu saat tertentu ia telah dinyatakan sebagai anak resmi menurut hukum yang berlaku dan berhak atas warisan bapanya. Menzies dan Horton memberikan definisi bahwa adopsi adalah diterimanya seorang anak sebagai anggota yang dewasa dalam keluarga, dimana ia telah memenuhi syarat untuk memperoleh semua hak istimewa yang sesuai dengan kedudukan yang sah dalam keluarga.
Dikatakan oleh Sualang bahwa hubungan orang percaya dengan Allah sebagai anak dihasilkan dari kelahiran baru, sedangkan adopsi adalah tindakan Allah menempatkan anak menjadi putra. Dalam kelahiran baru kita menerima kehidupan baru dan dalam adopsi kita menerima posisi yang baru. Lebih lanjut Kevin J. Coner menjelaskan bahwa pada saat seseorang dilahirkan kembali dengan Roh Allah, ia menerima Roh Kudus sebagai Roh adopsi. Sebagai anak Allah yang baru lahir dalam kelahiran baru, ia harus bertumbuh menjadi putra yang dewasa. Di mana menurut Robert Lee “Pimpinan Roh Kudus adalah jalan kepada kedudukan sebagai anak, bukti dan hak istimewa kedudukan anak. Roh Kudus memimpin kedalam kebenaran Allah, keluarga Allah, kemerdekaan Allah dan kehendak Allah. Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah (Roma 8:15). Dijelaskan Sualang bahwa setelah menjadi anak Allah, orang percaya perlu dipimpin mencapai hak-hak istimewa sebagai anak Tuhan. Kunci untuk menjadikan keputraan itu berfungsi ialah peranan Roh Kudus.
Enns juga menjelaskan bahwa dalam pengadopsian orang percaya dibebaskan dari perbudakan kepada kemerdekaan dan kedewasaan dalam Kristus (Roma 8:15), orang percaya dibebaskan dari keterikatan di bawah hukum ke dalam status baru yaitu seorang anak (Galatia 4:5), juga orang percaya menikmati relasi yang baru dimana ia dapat menyebuh Allah sebagai “Abba! Bapa!” (Roma 8:15).
Oleh karena itu, Lapian dkk menegaskan bahwa menjadi anak adalah hak yang diperoleh orang percaya ketika telah menerima kasih karunia-Nya. Kondisi ini terjadi apabila seseorang dilahirkan baru menjadi manusia rohani sehingga menjadi anggota keluarga Allah. Orang-orang percaya yang bertobat dan dilahirkan baru diberi hak untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes1:12).
Sualang mengutip pernyataan Evan bahwa ada berkat-berkat dari Adopsi, diantaranya sebagai berikut :
a) Kita menjadi objek dari kasih Allah (Yoh. 17:23) dan objek dari pemeliharaan-Nya sebagai Bapa (Luk. 12:27-33).
b) Kita mempunyai nama keluarga itu ( 1 Yohanes 3:1; Efesus 3:14,15 ); mempunyai kemiripan keluarga ( Ro 8:29 ); mempunyai kasih keluarga ( Yohanes 13:35; 1 Yohanes 3:14 ); mempunyai roh anak ( Ro 8:15; Galatia 4:6 ); mempunyai pelayanan keluarga ( Yohanes 14:23,24; 15:8 ).
c) Kita menerima ajaran seorang bapa ( Ibrani 12:5-11 ); penghiburan seorang bapa ( 2 Korintus 1:14 ); warisan ( 1Petrus 1:3-5; Ro 8:17 ).

3. Pengudusan

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Roma 6:22). Alkitab mengajarkan bahwa “tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14). Begitu pentingnya pengudusan sehingga Menzies dan Horton mengemukakan bahwa pengudusan adalah perbuatan memisahkan diri dari kejahatan, dan perbuatan mengabdikan diri kepada Allah (Roma 12:1-2; 1 Tes. 5:23; Ibr. 13:12). Dan hanya dengan kuasa Roh Kudus seseorang sanggup mematuhi perintah, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” ( 1 Petr. 1:15-16).
Pengudusan (Ing. Sanctification) dalam bahasa Grika menggunakan kata ‘hagiasmos’, yang menurut Vine digunakan dalam pengertian (a) dipisahkan untuk Allah, 1 Kor. 1:30; 2 Tes. 2:13; 1 Petr. 1:2; (b) jalan hidup yang sesuai dengan pemisahan tersebut, 1 Tes. 4:3,4,7; Roma 6:19; 1Tim. 2:15; Ibr. 12:14. Sedangkan menurut Caram pengudusan berarti dipisahkan. Pemisahan yang dimaksud adalah pemisahan dari dunia, kepada Allah. Evans menambahkan bahwa pengudusan merupakan kebenaran yang bersisi ganda yang meliputi: ditempatkan tersendiri dari sesuatu dan ditempatkan tersendiri untuk sesuatu yang lain. Sebagai orang percaya, seseorang ditempatkan tersendiri dari dosa untuk Allah. Sehingga tidak boleh lagi menyerahkan diri pada kejahatan untuk memuaskan daging; tetapi harus menyerahkan diri kepada Allah untuk menyenangkan Dia. Karena Allah telah menempatkan seseorang tersendiri untuk diri-Nya segera setelah Kristus menebus. Janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia (Roma 6:13-14).

Wesley J. Brill236 mengatakan bahwa ada 3 sarana pengudusan orang percaya yaitu antara lain:
a. Orang percaya dikuduskan oleh Firman Allah (Yohanes 17:17 dan 15:3)
b. Orang percaya dikuduskan oleh darah Kristus (Yohanes 1:7)
c. Orang percaya dikuduskan oleh Iman (Kisah 26:18 dan 15:9).

Selanjutnya menurut Marantika dalam hubungannya dengan pengalaman kekristenan, pengudusan meliputi 3 aspek, yaitu:

a) Pengudusan secara posisi / kekudusan posisional (Positional Sanctification)

Di pisahkan dari dunia dan mendapat kedudukan sebagai warga kerajaan Allah. Hal ini tidak diperdulikan keadaan rohani orang itu, tapi pertobatan dari dosanya dan imannya kepada Tuhan Yesus. Wimber menjelaskan bahwa kekudusan posisional tidak diperoleh melalui usaha manusia. Manusia dinyatakan kudus dan diubah melalui iman kepada penebusan Kristus yang telah mati di kayu salib. Lebih lanjut Sualang mengatakan bahwa pada saat seseorang percaya kepada Kristus, ia di sucikan. Hal ini jelas dari fakta bahwa orang-orang percaya disebut orang kudus dengan tidak melihat tingkat rohani masing-masing (Ibr.10:10; Yud.1,3).

b)Pengudusan Pengalaman (Experiental Sanctification dan Progressive Sanctification)

Wimber mengatakan bahwa kekudusan secara posisional tidak melepaskan tanggungjawab manusia untuk bekerjasama dengan Allah dalam menaati perintah-perintah-Nya. Posisi kita di dalam Kristus tidak menggantikan kondisi kita yang berdosa dalam dunia ini. Oleh karena itu, menurut Marantika bahwa pengudusan secara pengalaman-pengalaman itu merupakan proses, usaha terus menerus dilakukan untuk hidup kudus. Dan hal ini memerlukan keuletan dan ketabahan.
Lebih lanjut Wimber mengatakan bahwa masalah yang dihadapi di dunia yaitu sifat baru ini terikat pada tubuh kedagingan. Daging (Yunaninya: sarx) merupakan sifat berdosa yang bekerja di dalam manusia yang sudah di tebus. Prinsip dosa ini mempengaruhi keberadaan orang percaya yang harus terus diatasi. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang percaya untuk selalu dipimpin oleh Roh kudus. Dimana menurut Sualang bahwa Roh Kuduslah yang akan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh (Roma 8:13) dan akan menghasilkan buah-buah Roh dari dalam hidup seseorang (Gal. 5:22.23)
Dengan demikian, ada perjuangan untuk hidup dalam anugerah dan di dalam kebenaran atau identitas baru dalam Kristus. Perjuangan ini merupakan proses yang disebut pengudusan progresif. ”Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. ( 2 Korintus 7:1)

c)Pengudusan Akhir (Perfected Sanctifitional)

Hal ini berarti kedewasaan atau kesempurnaan total di saat Yesus kembali, yang akan mengubah tubuh yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Filipi 3:20-21). Kesempurnaan yang akhir akan datang. Sualang berkata bahwa dengan memandang pada kesempurnaan yang akan datang, memberikan kekuatan kepada kita untuk menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. Tetapi jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap ( 1 Kor. 13:10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar