Kamis, 06 Oktober 2011

Remaja dan Tantangannya dalam Terang Alkitab

I. Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Fisik

Diakhir masa anak-anak, terlihat jelas pertumbuhan fisik yang cukup mencolok dengan adanya perubahan- perubahan besar yang terjadi pada masa ini, misalnya : perubahan dalam ukuran badan (meliputi tinggi dan berat badan). Perbedaan yang cukup mencolok dalam perkembangan antara pria dan wanita, yaitu bahwa remaja wanita mengalami perkembangan fisik yang lebih cepat daripada pria.
Perbedaan perkembangan tersebut tampak jelas dalam perbandingan sebagai berikut:
1. Remaja pria : Permulaan percepatan pertumbuhan berbeda- beda dan berkisar antara 10,5 tahun dan 16 tahun
2. Remaja wanita : Pada wanita pertumbuhan sudah mulai terlihat antara 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan rata-rata 10,5. Puncak penambahan tercapai pada usia 12 tahun, yakni kurang lebih 6-11 cm setahun.
Ternyata perubahan hormonal di dalam tubuh demikian luas akibatnya, tidak hanya perubahan sifat melainkan juga wajah dan tubuh memperlihatkan adanya perubahan.
Dari wajah dan tubuh kekanak-kanakan menjadi seorang dengan penampilan dewasa ; tetapi emosionalitas pun memperlihatkan adanya gejolak suasana hati yang tidak menentu.
Kadang-kadang terlihat seolah-olah dunia dan lingkungan sama sekali tidak memberikan harapan lagi, ada saat –saat dimana suatu keadaan terasa menyenangkan karena suasana hati tenang dan cita-cita yang setinggi langit diraihnya
Keadaan gejolak suasana hati yang turun naik ini tidak perlu menggelisahkan baik mereka yang sedang mengalami maupun orang- orang disekitarnya. Kita harus mengerti bahwa setiap perubahan hormonan didalam tubuh, yang baru saja dialami akan dihayati melalui suasana hati yang berubah-ubah.
Pengetahuan mengenai proses pendewasaan tubuh yang sedang dialami sebenarnya dapat menghapuskan kegelisahan diri karena menghilangkan persoalan yang menimbulkan tanda tanya mengenai tubuh.
Suasana hati maupun penampilan diri sendiri, akan lebih memudahkan tercapainya keseimbangan dalam diri dengan mencapai penyesuaian terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa pada masa pekembangan fisik ini tubuh mengalami suatu proses pematangan badani baik luar maupun dalam. Pada umunya , pada akhir masa ini para remaja telah memperoleh kembali keseimbangan, walaupun tubuh sudah mengalami perubahan yang hebat. Tubuh sudah mencapai kematangannya dan sudah berfungsi sebagai “penegak keturunan”.

b. Perkembangan psikologis

Di samping mengalami pertumbuhan fisik,pada usia remaja seoarang anak juga mengalami pertumbuhan psikologis. Adapun faktor perkembangan psikologis pada remaja dibagi dalam beberapa bagian, antara lain:


1. Perkembangan intelektual
Pengertian intlektual berhubungan dengan kata intelegensi. Berdasarkan etimologi, kata kerjanya adalah inteligere (bahasa latin) yang berarti : “ membaca dan menangkap”. Dengan demikian intelliegere berarti membaca dimensi dalam segala hal dan menangkap arti dalam.
Perkembangan intelektual seorang remja menyebabkan ia mampu untuk memikirkan dirinya sendiri, dan hal ini membuat remaja mempunyai ide-ide berlebihan yang disertai dengan teori – teori dan sikap kritis.
Penilaian mengenai diri sendiri pada masa ini sering mengarah pada penelitian yang negative dan mengkritik diri sendiri serta tidak menerima kekurangan atau kegagalannya. Sehingga para remaja merasa rendah diri yang dapat mengakibatkan over konvensasi, murung, mengasingkan diri, hilang kepercayaan (ragu-ragu dalam bertindak). Penilaian negatif tersebut bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada orang lain. Ia terlalu mengkritik dan tidak dapat bertoleransi terhadap kelemahan orang lain sehingga menimbulkan konflik dan kesenjangan hubungan dengan sesame. Taraf kemampuan intelektual remaja menentukan apakah ia memperoleh pengertian akan sifat-sifat dan pandangan yang patut diambil atau ditolaknya dari lingkungan luar keluarganya.


2. Perkembangan Emosional
Masa remaja merupakan suatu kurun waktu transisi di satu pihak remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak, dipihak lain remaja belum dapat digolongkan sebagai orang dewasa. Dengan keadaan ini seakan-akan remaja berpijak diantara dua kutub, yaitu kutub masa anak-anak yang akan ditingkatkan dan kutub masa dewasa yang akan dimasukinya. Keadaan yang belum pasti ini sering menimbulkan masalah bagi remaja, seperti timbulnya konflik-konflik batin dan kekaburan identitas. Sifat dan keadaan emosional remaja tidak tetap.
Sejauh seseorang berhasil menguasai diri, emosi dapat menjadi sumber kekuatan ketegasan, keberanian dan kreatifitas. Keadaan emosional remaja tidak selalu diwarnai oleh emosi negatif.
Keadaan emosi pada masa remaja ditandai dengan ciri – ciri khas sebagai berikut: Keinginan mencapai jati diri, keinginan ingin diakui dan dihargai, keinginan untuk dicintai dan mencintai terutama berhubungan seksual dengan orang lain, keinginan bebas tanpa dikekang, mencari figur idola, cenderung menentang , terikat dengan kelompok.
Oleh karena itu sangat diperlukan sekali bimbingan terhadap remaja agar dibimbing untuk mencapai “ kebebasan emosional”, sehingga dengan bekal “ kebebasan emosional “ berlandaskan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan tidak baik, apa yang patut dipilih dan apa yang patut dihindari, atau tindakan serta keputusan manakah yang sebaiknya diambil, remaja dapat manjalankan tugas perkembangan selanjutnya.
Usaha memperoleh kebebasan emosional ini sering disertai perilaku “ pemberontakan “ dan melawan keinginan orang tua.


3. Perkembangan Moral
Moralitas artinya keadaan nilai-nilai moral dalam hubungan dengan kelompok sosial, Kata “Moral” berasal dari kata latin ”Mores”, yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat- istiadat, kebiasaan, sebelum anak memasuki masa remaja, kehidupan teratur dengan tata cara tertentu : Tindak- tanduknya acap kali mengalami tantangan, baik dari teman sebaya maupun dari generasi yang lebih tua.
Ternyata “ dekadensi “ moral yang dialami pada masa remaja sebenarnya hanya bersifat sementara. Remaja yang mengalami perkembangan yang wajar, akan mencapai moralitas yang wajar juga. Perkembangan moralitas remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dari beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral erat bertalian dengan proses kemampuan menentukan suatu peran dalam pergaulan dan menjalankan peran tersebut. Semakin bertambah banyak peran yang dipegang, semakin banyak pengalaman yang merangsang perkembangan moral. Disini remaja sangat membutuhkan bimbingan dari generasi yang lebih dewasa.
Melihat pentingnya orang dewasa pada perkembangan moral maka faktor orang tua dan orang dewasa lainnya (gereja) bagi remaja tidak boleh diabaikan. Mereka perlu menyadari pentingnya peranan mereka dalam menyokong serta mendampingi si remaja dalam perkembangan moralnya sebagai dasar hidup utama dimasa yang akan datang. Disinilah inti persoalannya serring kali terjadi, karena remaja gagal mendapat bimbingan dari orang tua dan gereja yang diharapkan. Akhirnya banyak remaja yang mencapai petualangan, pengalaman sendiri.

4. Perkembangan Religius
Menurut W. Starbuck dalam psikologi agama, perkembangan rasa keagamaan pada remaja sejalan dengan perkembangan jasmani, intelektual dan rohaninya, perkembangan itu adalah:

a. Pertumbuhan pikiran
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dan masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul selain masalah agama, remajapun sudah tertatik pada masalah kebudayaan, sosial ekonomi dan norma kehidupan lain. Hasil penenlitian Allport, Gillesphy dan young menunjukkan : Pertama, 85% remaja katolik Romawi tetap taat menganut ajaran agamanya. Kedua, 40% remaja Protestan tetap taat terhadap ajaran agamanya.
Dari hasil ini dinyatakan bahwa agama yang ajarannya lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya. Sebaliknya agama yang ajarannya kurang konservatif-dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja sehingga mereka banyak meninggalkan ajarannya agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental remaja mempenggaruhi sikap keagamaan mereka.

b. Pertumbuhan Perasaan
Menurut Dr. Jalaludin, berbagai perasaan telah berkembang. Perasaan sosial, etika dan seni telah mendorong remaja utnuk menghayati kehidupannya. Kehidupan yang religius dalam lingkungan keluarganya akan mendorong kearah religious pula. Begitu pula bagi remaja yang kurang mendapatkan siraman agama maka akan lebih didominasi ke dorongan seksual. Ditambah lagi akan perasaan ingin tahu yang tinggi maka akan lebih terperosok kearah pergaulan bebas dan seksual yang negatif.


II. Pencarian Jati Diri

Dalam buku psikologis remaja, Singgih Gunarsa memberikan pengertian mengenai identitas sebagai berikut ;
a. Identitas dapat diartikan sebagai inti pribadi yang tetap, maupun mengalami perubahan bertahap dengan pertambahan umur dan perubahan lingkungan.
b. Identitas dapat diartikan cara hidup tertentu yang sudah terbentuk pada masa- masa sebelumnya dan menentukan peran sosial manakala harus dijalankan.
c. Identitas merupakan suatu hasil yang diperoleh pada masa remaja, akan tetapi masih mengalami perubahan dan pembaharuan.
d. Identitas dialami sebagai suatu kelangsungan di dalam dirinya dan dalam hubungan diluar dirinya
e. Identitas merupakan suatu penyusunan peranan sosial yang pada dasarnya mengalami perubahan.
Dari beberapa keterangan mengenai identitas dapat disimpulkan bahwa identitas merupakan suatu persatuan, yaitu persatuan yang terbentuk dari asas-asas, cara hidup, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup sebelumnya.


Dalam perkembangan identitas ini, terdapat dua faktor yang sangat berperan.
a. Identifikasi, identifikasi hampir dapat disamakan dengan peniruan, akan tetapi sifatnya lebih mendalam dan menetap. Para remaja akan mengambil teladan dari orang- orang yang mereka kagumi, misalnya : guru, orang tua, tokoh musik, dan sebagainya. Selama masa remaja, mereka meng-idola-kan tokoh- tokoh tersebut.
Diantara semua identifikasi tersebut yang paling sesuai akan dipilihnya untuk menentukan cara hidup dikemudian hari.
b. Experimentasi, eksperimentasi erat hubungannya dengan peran sosial sebelum ia menentukan peranan sosial yang diambilnya untuk masa dewasa. Disini peran guru dan para pendidik diharapkan dapat menjadi perangsang bagi timbulnya sikap mandiri dari para remaja sesuai dengan tingkat kedewasaan masing –masing. Melihat faktor perkembangan identitas diatas, maka hal-hal yang berperan dalam perkembangan identitas adalah:
1. Kepercayaaan diri
2. Sikap berdiri sendiri
3. Keadaan keluarga dengan faktor- faktor yang menunjang identifikasi
4. Kemampuan intelektual remaja.


III. Pergaulan Remaja dalam Pandangan Alkitab 

Pergaulan seorang remaja tidak hanya terbatas pada teman sekolahnya saja, melainkan juga dari sekolah lain, suatu organisasi, lingkungan atau gereja, pengaruh pergaulan tidak dapat dipandang ringan sebab mereka sering bertemu, sehingga memungkinkan terciptanya suatu kebersamaan. Alkitab menegaskan “ Janganlah kamu sesat, pergaulan buruk merusak kebiasaan baik “. ( 1 Korintus 15;33).
Di sini dapat disimpulkan, betapa pentingnya remaja memilih teman yang baik dalam pergaulan. Sebab pergaulan sangat besar pengaruhnya bagi seseorang remaja, baik secara positif maupun negatif.
Dalam buku mengatasi kenakalan remaja, dikatakan sebagai berikut, “ Kehadiran teman dan keterlibatannya dalam suatu kelompok sosial membawa pengaruh tertentu, baik dalam arti positif maupun arti negatif. Bila seseorang dari kelompoknya senang dengan acara disko, ia akan mudah terpengaruh pula untuk ikut dalam acara tersebut. “ Masalah pergaulan memang sangat hakiki, seorang teman dapat saja mempengaruhi dengan cara memperkenalkan hal-hal negatif.
Dalam Mazmur 119 : 63, “ Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepadaMu”. Bukan tanpa alasan Daud memilih-milih teman dalam pergaulan, bukannya sombong dan egois, karena Alkitab sendiri memperingatkan agar kita tidak sembarang bergaul. Ada dua alasan yang mendasar mengapa kita tidak diperbolehkan sembarang bergaul : Pertama, pergaulan mempengaruhi karakteristik kita, kenyataan telah banyak membuktikan bahwa seorang bergaul dengan orang yang baik tingkah lakunya, otomatis karakter orang itu akan menjadi baik pula.
Demikian juga sebaliknya, bila seorang bergaul dengan orang jahat, otomatis karaktenya akan menjadi jelek. Hal ini diperkuat dalam Amsal 13:20 “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang”. Kedua, pergaulan dapat menolong memberi jalan keluar dalam permasalahan. Sebagai seorang remaja, kita tidak pernah luput dari berbagai problema hidup. Takkala kita menghadapi masalah , apa jadinya bila teman sepergaulan kita hidup dalam dosa free sex, kecanduan narkoba atau tidak pernah ke gereja ? akan mampukah ia memberi kita jawaban yang sehat ? atau dia akan memberikan jalan keluar tetapi akan mengarahkan kita kepada kebebasan seks, pengguna obat-obatan terlarang atau menuruh kita stop saja ke gereja ? inilah yang patut dijadikan pertimbangan bila kita memilih seorang teman. Jangankan teman biasa, teman sehidup sematipun bisa keliru memberikan jalan keluar. Ketika Ayub dalam penderitaan yang hebat, perhatikan bagaimana isteri Ayub memberikan nasehat (Ayub 2:9 ).
Paulus mengingatkan bahwa anak-anak Tuhan sedang terlibat dalam kancah peperangan Rohani, yang bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan kuasa kegelapan di udara (Efesus 6:12). Ada perasaan kuatir yang sedang melanda kerajaan setan akhir-akhir ini, ketika melihat Allah sedang memakai generasi muda untuk kemuliaan-Nya. Karena iblis tahu bahwa generasi muda di karuniai Allah dengan kekuatan dan semangat yang berapi-api (Amsal 20:29), sehingga ia mencoba menawan generasi muda agar ia tidak mampu menunjukkan kualitas guna memporak- porandakan benteng kuasa kegelapan misalnya:


a. Pemberontakan
Sangat disayangkan bila kepintaran dan kemauan keras dalam diri generasi muda dipakai untuk memberontak kepada orang tua. Hal ini bersumber dari perasaan ingin bebas dan rasa percaya diri yang terlampau tinggi. Mungkin hal ini tidak terlalu mengkuatirkan, tetapi tanpa disadari bahwa kejahatan para remaja sebenarnya berawal dari pemebrontakan terhadap orang tua ( 2 Timotius 3;2 )


b. Seks bebas
Seks diciptakan Tuhan untuk sarana penggenapan ilahi. Namun iblis telah masuk dengan terlebih dahulu melumpuhkan iman para remaja sehingga yang ada di dalam mereka adalah pertimbangan daging dan bukan pertimbangan iman.
Ada banyak remaja yang awalnya tidak menganggap bahwa seks bebas itu jebakan iblis. Namun ketika ia terjebak didalamnya, ia sadar bahwa ini suatu ikatan yang sulit dilepaskan. Salah satu yang iblis inginkan dari para remaja yakni kehilangan harga diri. Karena itu para remaja harus senantiasa sadar dan berjaga-jaga, sebab iblis berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5;8) dan jangan memberi kesempatan kepada iblis (Efesus 4:2

c. Narkotika,minuman keras dan rokok
Inilah tantangan remaja ditengah dunia yang semakin ganas. Peningkatan penggunaan narkotika ini lebih banyak diakibatkan faktor gengsi dari pada kebutuhan. Awalnya hanya ikut-ikutan tetapi terjebak juga. Banyak remaja yang kurang menyadari bahwa penggunaan narkotika berdampak langsung pada kesehatan seseorang. Sebuah penelitian mengatakan bahwa dalam kerongkongan pengguna narkotika terdapat luka yang merupakan cirri dari kanker tahap ini.
Minuman keras tergolong memiliki pengguna yang banyak, bahkan bukan hanya di kota tetapi di desa-desa banyak juga yang telah terlibat didalamnya. Demikian pula halnya dengan rokok meskipun dampak negatifnya tidak langsung dirasakan, tetapi rokok dapat mengakibatkan kerugian besar terhadap kesehatan seseorang. Karena itu para remaja harus menyadari bahwa tubunya adalah bait Roh kudus dan bahwa Roh Tuhan diam didalamnya sebab itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu ( 1Korintus 6:19-20).

d. Kriminalitas
Ada pendapat mengatakan bahwa kecendrungan seseorang melakukan tindakan kriminal disebabkan faktor hereditas atau pembawaan. Teori ini dikemukakan oleh Cesare Lombrosa seorang dokter dan krimonolog berkebangsaan Italia. Namun tidak sedikit pula yang melakukan kriminal akibat pengaruh lingkungan. Kriminalitas erat kaitannya dengan penggunan narkotika dan minuman keras, khususnya didesa-desa tidak kriminal kebanyakan oleh generasi muda yang senang meneguk minuman beralkohol dan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, jauh dari ibadah dan sangat merosot dalam iman.
Dalam meniti masa depan, ada banyak rahasia didepan kita. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok hari, tetapi bila kita ada dalam tuntunan Tuhan Yesus Kristus, maka tujuan hidup kita akan terang benderang tanpa kegelapan. Sebab Allah tidak pernah merancangkan rancangan kegagalan, kecelakaan bagi kita namun rancangan damai sejahtera dan memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan ( Yeremia 29:11).
Sebab itu para remaja harus berhati – hati terhadap siasat iblis. Kalau Tuhan mengawali pekerjaan kita memulai dengan kemanisan, karena iblis pun menyamar sebagai malaikat terang (2 korintus 11:14 ).


IV. Hubungan Seks


a. Seks
Secara etimologi, seks dalam bahasa Indonesia adalah seksual (kata sifat), sexual (inggris ), seksueel (Belanda) yang berasal dari kata dasar seks/sex/ sekse, yang berarti jenis kelamin.
Seks adalah ciptaan Tuhan yang baik dan indah (kejadian 1:31). Manusia berkewajiban menikah sebab alasan yang sederhana, yaitu bahwa dalam penciptaan Tuhan memerintahkan agar mereka (laki-laki dan perempuan ) berbuat demikian. Adolph Von Harles menggambarkan bahwa seks dalam pernikahan itu baik dan sesuai dengan pengajaran Kristen dan Alkitabiah.

b. Pandangan Alkitab tentang seks
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Dalam Kejadian 1:27 dikatakan demikian ; “ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptaknnya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. “ Konsep yang sama diajarkan Paulus dalam Kolose 3;10 dan Yakobus 3;9 dalam Perjanjian Baru. Bersamaan dengan itu Allah juga memberikan tujuan hidup bagi manusia, yaitu agar mereka dapat bersekutu dan bergaul dengan Allah. Namun oleh karena dosa manusia kehilangan tujuan yang ditetapkan oleh Allah. Akan tetapi Allah tidak selamanya memberikan manusia kehilangan tujuan yang telah ditetapkannya. Sebab itu Ia mengutus anak-Nya yang tunggal supaya manusia dapat kembali kepada tujuannya.
Seperti telah disebutkan, Tuhan menciptakan manusia laki –laki dan perempuan. Setelah masa penciptaan. Tuhan memberikan perintah-perintah untuk mereka selanjutnya: “ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging “. (Kejadian 2:24). Dalam perjanjian Baru pada awal pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menghadiri dan ikut ambil bagian dalam pesta perkawinan di kana. Dengan tindakan itu Yesus menunjukkan bahwa Ia menyetujui pernikahan termasuk hubungan seks didalamnya (Yohanes 2:1-11). Kemudian ketika orang - orang farisi menanyakan tentang perceraian, Yesus mengulang apa yang tertulis dalam kitab kejadian, yaitu bahwa orang laki-laki akan meninggalkan orang tuanya supaya bersatu dengan istrinya dalam pernikahan dan mempunyai hubungan sedaging (Matius 19:3-6; Markus 10:6-9 ). Ia mengingatkan orang- orang farisi bahwa sejak awal dunia hubungan sedaging menjadi rencana Tuhan bagi laki-laki dan perempuan didalam pernikahan (1 Korintus 7:2-5; 1 Tesalonika 4:1-8 ; Ibrani 13:4 ).
Tuhan memberikan hukum kepada bangsa Israel “jangan berzinah” ( keluaran 20:14). Sebagai konsekuensinya, siapa yang melakukan perzinahan berarti melawan perintah Allah. Di dalam Perjanjian Lama terlihat jelas bahwa Allah menentang segala macam bentuk praktek hubungan seks diluar nikah.
Nilai dan arti keperawanan secara literal sangat dijunjung tinggi. Bila ternyata keperawanan seorang wanita telah hilang sebelum pernikahan, dosa ini di hukum dengan cara “melempari wanita tersebut dengan batu hingga mati”(Ulangan 22:21). Hukuman mati ini dilaksanakan karena konsep Perjanjian lama menilai perzinahan sama dengan pembunuhan (Ulangan 22:26).
Dalam Perjanjian Baru, perbuatan zinah bukan hanya merupakan hubungan seks diluar nikah. Dalam Matius 5:27-28, Yesus berkata tegas: “ kamu telah mendengar Firman jangan berzinah tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang memandang perempuan dan menginginkannya, sudah berzinah, yaitu dimulai dari dalam hati,” yang penuh dengan keinginan nafsu perzinahan, sehingga perbuatan zinah itu tidak secara tiba-tiba terjadi melainkan merupakan tindak lanjut dari pikiran yang penuh dengan nafsu. Alkitab menegaskan bahwa orang yang berzinah itu:
1. Merusak diri atau tubuh (Amsal 6: 32)
2. Tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah (Wahyu 2:22;21:8). Dalam Alkitab kata “percabulan” (1korintus 7:2) pada dasarnya dugunakan untuk menggambarkan segala pelanggaran seksual pada umumnya. Kata “perzinahan” dalam Alkitab dipakai dalam arti hubungan seks diluar pernikahan, hal ini termasuk juga hubungan seks diantara dua orang yang belum menikah maupun sesorang yang bukan istri.suami sendiri (Keluaran 20:14; Markus 10:19; Roma 13;9). Penyalahgunaan seks sering dihubungkan dengan kata-kata “hawa nafsu, pencemaran, percabulan dan kenajisan” (Roma 5:19 ; Efesus 5:13; kolose 3;5).

c. Maksud Tuhan menciptakan seks
Menurut Verkuyl dalam bukunya Etika Kristen, maksud Tuhan menciptakan seks mempunyai dua arti :
1. Hubungan seks sebagai pernyataan kasih badani, hubngan seks berarti dua orang menjadi satu (Matius 19:5; Markus 10:8). Hal ini mempunyai arti yang cukup dalam, yaitu bahwa dua pribadi yang sebelumnya tidak saling mengenal sama sekali, didalam persetubuhan dapat memperdalam pengenalan satu sama lain dengan membentuk hubungan mesra yang dulunya dua kini menjadi satu. Dari persetubuhan keluar suatu daya ikat, dimana kedua manusia itu membuka selubung rahasia masing-masing dan membentuk hubungan yang mesra dengan orang lain yang berbeda pribadi.
2. Untuk melangsungkan keturunan. Melalui hubungan seks, suami dan istri dapat mewujudkan cinta kasih mereka dalam membuahkan anak. Dengan adanya anak,suami dan istri dapat turut ambil bagian dalam rencana Tuhan. Namun perlu ditekankan bahwa melahirkan anak bukanlah satu- satunya fungsi seks.

d. Menghindari pelanggaran seksual
Setiap manusia memiliki potensi seks. Dan menurut penelitian medis, potensi seksual seseorang mencapai puncak ketika berusia 15-35 tahun. Tak heran bila pada usia tersebut terjadi banyak penyimpangan seksual. Ini dilihat dari sudut pandang ilmiah. Sedangkan dari kacamata rohani, fenomena ini akibat dari pengaruh kuat atau strategi kuasa kegelapan dalam membutakan para remaja agar tidak lagi takut akan Tuhan.
Ada banyak yang sering ke gereja bahkan sedang melayani Tuhan namun masih terjerumus kedalam perangkap iblis. Jarot dan Ester (2003:48-70).
Bahkan Billy Graham pernah berkata, “ Jika saudara kalah dalam perjuangan seks, maka saudara akan kalah dalam perjuangan hidup”. Hubungan seks itu nikmat dan mendatangkan kebahagiaan bagi kedua insan karena itu adalah bagian dari rencana Allah. Tetapi bila seks disalahgunakan, maka bukan kebahagiaan yang didapati tetapi malapetaka.
Salah satu contoh dalam Alkitab, ketika Amnon merenggut kegadisan Tamar, maka timbullah kebencian dalam hatinya (2 Samuel 13:14-15). Tidak ada keuntungan berhubungan seks sebelum menikah karena iblis tidak pernah mendatangkan keuntungan bagi orang percaya. Di bawah ini ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menghindari pelanggaran seksual di luar nikah:

1. Berpakaian dengan sopan
Untuk mengetahui moral seseorang bisa kita ketahui lewat pakaiannya. Dalam Amsal 7:10 mengungkapkan bahwa perempuan tuna susila dapat dikenal dari pakaiannya. Demikian juga dalam kejadian 38 : 13-17 seorang sundal dapat ditebak dari pakaiannya. Kalau perempuan sundal sering mengenakan pakaian yang tidak sopan, mengapa cara-cara berpakaian seperti ini harus ditiru oleh anak – anak Tuhan?
Rasul Paulus pernah menuliskan dalam 2 Korintus 6;3 “ Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan dicela.”

2. Selektif membaca dan menonton
Membaca buku-buku bagaikan bercakap-cakap dengan seorang yang berpendidikan. Memang asyik membaca sebuah bacaan, namun bukan berarti kita tidak lagi selektif terhadap apa yang sedang kita baca. Menonton akan membuat kita mendapat banyak informasi baik dalam negeri ataupu luar negeri, tetapi tidak sedikit tontonan yang tidak pantas di tonton seperti film-film porno. Generasi muda harus mewaspadai hal ini. Apa yang kita baca dan tonton, itu pasti akan mempengaruhi tindakan sehari – hari


3. Mampu berkata “tidak”
Godaan tidak akan hilang dari bumi ini, Selagi kita mendiami dunia ini, kita akan berhadapan dengan berbagai rayuan yang merangsang keinginan daging. Para remaja harus memandang hal ini sebagai bagian dari strategi kuasa kegelapan untuk menghancurkan generasi pilihan Allah. Karena itu para remaja harus hidup dalam pengendalian Roh Kudus dan takut akan Tuhan.

4. Mengapa Yusuf bisa
Godaan seksual itu bisa datang kapan dan dimana saja. Tuhan lewat Firman-Nya memperingatkan supaya kita harus melawan godaan itu. Kalau demikian apa rahasianya agar kita mampu melawan godaan ? contoilah Yusuf, meskipun telah berada dalam perangkap, namun ia bertindak tegas yakni ‘ lari’ dan rahasia mengapa Yusuf mampu menghindar dari jebakan amoral kita dapat lihat dalam Kejadian 41:38 “ lalu berkatalah Firaun kepada pegawainya, “ mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah? “. Inilah kunci kekuatan Yususf sehingga ia mampu berkata tidak kepada penyelewengan seks.
Pengendalian Roh Allah dan rasa takut akan Tuhan telah menguasai hati nurani Yususf. Daging tidak mampu menolak yang berdimensi daging. Keinginan daging hanya bisa ditolak dengan dimensi roh. Disinilah pentingnya para remaja dipenuhi dan dikendalikan Roh Kudus. Ketika generasi muda tidak mampu berkata “tidak “, disinilah awal kejatuhannya. Dan kejatuhan awal ini besar kemungkinan akan membuka jalan bagi para remaja menuju kehancuran. Verkuyl, (2005: 249-253)


5. Peranan pemimpin gereja dalam mencegah praktek hubungan seks pra nikah
Meskipun tanggung jawab pemimpin gereja berat dan banyak, akan tetapi banyak yang berpandangan bahwa masalah seks merupakan salah satu dari tanggung jawab pemimpin gereja, karena :
1. Pemimpin gereja mempunyai hubungan dekat dengan keluarga – keluarga
2. Gereja memiliki konsep – konsep yang benar tentang pernikahan dan kehidupan keluarga, mempunyai kehidupan yang ideal untuk melaksanakan program pendidikan seks yang efisien.

a. Langkah-langkah yang dapat di lakukan gereja dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan seks dikalangan remaja:
1. Memotivasi orang tua untuk mendidik para remaja dalam masa perkembangannya, megingat ruang lingkup pergaulan remaja sangat luas.
2. Mengadakan ceramah, pengarahan atau diskusi tentang penerangan/pendidikam seks bagi remaja sehingga mereka terhindar dari penyimpangan- penyimpangan seks, dengan memberikan bimbingan dan dorongan positif bagi para remaja.
3. Menumbuhkan rohani remaja, dengan cara menggiatkan remaja dalam pelayanan di gereja lewat wadah persekutuan pemuda remaja.
4. Memberikan keteladanan dalam sikap keseharian serta peran aktif dalam membimbing dan membina serta memberikan perhatian dengan penuh kasih dan tanggung jawab.
5. Remaja akan tumbuh menjadi remaja yag menemukan identitas dirinya jika ia di bimbing dan dibina serta diberi perhatian yang cukup dari gereja, bahkan bila remaja dibimbing dan dibina secara tepat, krisis- krisis yang terjadi dalam dirinya justru akan membantu dia dalam mencapai proses kedewasaannya.
6. Mendorong orang tua untuk bertanggung jawab memberikan didikan Alkitabiah dan rohani kepada para remaja, yang akan mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan kepada Allah.
7. Mendorong remaja untuk tetap hidup tidak menurut keinginan / kehendak dunia serta bersaksi dan bekerja bagi Allah ( 2 Kor 6;14-7; Yak 4;4).
8. Pemimpin gereja harus berupaya untuk memiliki pengetahuan tentang seks dari berbagai sumber.
9. Membina dan mendorong remaja untuk hidup bertekun dalam doa ( Kis. 6:4; Roma 12:12; Ef 6: 18 ; Yak 5:16 ) sehingga mereka dapat mengerti rencana Allah bagi hidup mereka “ (Dikutip oleh Lumoindong, 1996:75).
Dari beberapa uraian diatas, dapat kita lihat bahwa gereja juga mempunyai peranan penting dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan seks pada masa remaja.


b. Beberapa petunjuk praktis bagi pengendalian seks pada masa remaja hingga pernikahan:
1. Percaya bahwa Tuhan adalah pencipta, yang Maha kuasa dan kekal, yang telah menciptakan dunia dan semua isinya. Hal ini merupakan inti dari ke-Kristen-an (Kejadian 1;1; Kolose 1:16; Ibrani 11;3 ).
2. Bahwa laki-laki dan perempuan di ciptakan segambar dengan Allah (Kejadian 1:27). Konsep yang sama juga diajarkan oleh Paulus (Kolose 3:9,10 ) dan Yakobus (Yak 3: 8-9 ), maka kita dapat mengatakan bahwa, “ Tuhan telah menciptakan setiap laki-laki dan perempuan sebagai suatu jiwa, pribadi, unit yang memiliki pikiran ( rohani, mental, emosi, hubungan sosial dan moral). Dan pada saat yang sama Tuhan menciptakan mereka dengan tubuh daging yang bersifat fisik (dengan kemampuan reproduksi seksual).
3. Kekudusan dari kepribadian manusia jelas terlihat melalui kenyataan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia sesuai gambar-Nya dan bahwa kristus telah mati bagi penebusan dosa manusia. Dengan demikian ide bahwa nilai – nilai yang tinggi ada pada manusia, bukan pada benda ataupun binatang. Ini berarti bahwa setiap laki-laki dan perempuan memiliki martabat dan nilai tinggi.
4. Percaya bahwa karena semua orang diciptakan segambar dengan Allah, maka semuanya adalah manusia yang aktif dan mempunyai kesadaran. Petunjuk ini berkaitan dengan kebebasan yang kita miliki untuk memilih pola-pola tingkah laku.
Kita bebas untuk berlaku baik atau jahat. Tabiat yang berdosa pada laki-laki dan perempuan membawa banyak orang baik muda ataupu tua, untuk mengikuti arus dan memilih yang jahat dalam situasi yang dihadapinya. Kuatnya dan dalamnya tabiat dosa manusia merupakan kenyataan yang harus diperhatikan para remaja dalam memilih.
5. Percaya bahwa keluarga adalah unit teratur yang merupakan dasar dari semua perkembangan manusia secara fisik, mental, hbungan sosial, dan kebudayaan (Kejadian 2:24). Keluarga merupakan tempat berkembangnya nilai- nilai dasar manusia dan kemajuan manusia, benteng kebudayaan manusia dan daar dari kerajaa n Allah.
6. Apabila seksualitas manusia dikendalikan, diarahkan dan digunakan dengan benar dalam pernikahan sesuai dengan rencana Tuhan, maka seksualitas menjadi sesuatu yang baik dan menjadi salah satu berkat terbesar dalam proses pengalaman manusia.
7. Percaya bahwa hubungan seks sebelum menikah merupakan pelanggaran langsung terhadap manusia lain dan juga terhadap tujuan Tuhan
8. Percaya bahwa hubungan seks sebelum menikah merusak orang lain, meskipun ia setuju untuk melakukannya.
9. Percaya bahwa hubungan seks sebelum menikah, sedikit demi sedikt akan meretakkan dasar – dasar kehidupan keluarga yang efektif.
10. Percaya bahwa tidak mungkin bagi seseorang yang dewasa dan berfikiran sehat untuk dengan logis mempercayai dan membela hubungan seks sebelum menikah. Miles (2000 :187- 193 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar