Rabu, 05 Oktober 2011

KESELAMATAN - PEMBENARAN OLEH IMAN

I.          Pembenaran oleh Iman
            Roma 5:1 memberikan ketegasan bahwa, “sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Pembenaran adalah sebuah proses yang berkelanjutan dalam kehidupan rohani seseorang. Caram menganalogikan sebagai seseorang yang berdiri dihadapan hakim dan dibebaskan dari perkaranya. Ketika seorang penjahat dibebaskan, tidak ada sesuatupun yang terjadi pada sifat dasarnya. Hanya posisinya saja yang berubah dan ia dinyatakan bebas. Inilah konsep pembenaran. Cuma kedudukan manusia saja yang berubah. Manusia dimerdekakan, dibebaskan dari dosa, tetapi hal ini tidak mengubah sifat dasarnya . Inilah alasannya seseorang dapat dengan mudah jatuh kembali ke dalam keadaan yang baru saja ia tinggalkan. Karena itu, perlu bagi yang telah dibenarkan untuk secara progresif melangkah maju bersama Allah agar Ia akan membuat seseorang menjadi orang yang sungguh-sungguh merdeka atau bebas dari dosa dan hidup kudus di hadapan Allah
             Ada beberapa sarana pembenaran oleh Iman-tanggungjawab manusia, yaitu antara lain:
1.1.        Pertobatan
            Pertobatan adalah pengalaman pertama yang harus diletakkan bagi kehidupan Kristen. Perkataan pertama dari pemberitaan injil Tuhan Yesus Kristus adalah bertobat (Markus 1:14-15). Berita pertama Yohanes Pembabtis adalah bertobat (Matius 3:2) 
            Derek Prince menjelaskan bahwa kata bertobat pada umumnya dalam Perjanjian Baru merupakan terjemahan dari kata Yunani “Metanoia” yang artinya perubahan pikiran atau suatu pengambilan keputusan atau  suatu penentuan sikap; di mana seseorang yang bertobat harus mengambil suatu keputusan yang tegas di dalam hati atau ia berubah pikiran. Pengertian ini dipertegas oleh Sproul yang menyatakan bahwa Firman Tuhan mengartikan pertobatan sebagai perubahan pikiran seseorang. Perubahan pikiran ini bukan hanya sekedar perubahan opini yang sepele, tetapi perubahan arah dari kehidupan seseorang. Hal ini menyangkut suatu titik balik atau perubahan radikal dari dosa kepada Kristus.  Pertobatan adalah unsur negatif dari perpalingan.
            Selanjutnya Marantika menjelaskan bahwa pertobatan adalah langkah utama yang tak dapat dilewati manusia apabila manusia hendak bebas dari kesesatan, kehancuran total serta kebinasaan yang sedang menanti itu. Kebinasaan itu adalah hukuman yang pasti. Sedangkan Wesley Brill mendefinisikan bahwa pertobatan adalah keadaan di mana seseorang berdosa menyesal karena dosa-dosanya yang dinyatakan kepadanya oleh terang Firman Tuhan dan gerakan Roh Kudus, sehingga dengan kehendaknya sendiri, ia mengubah pikirannya dan hatinya lalu berbalik dari dosanya dan berpaling kepada Allah. Kemudian oleh Lapian disimpulkan bahwa bertobat adalah bukti bahwa seseorang telah mengambil keputusan menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat pribadinya. Dengan demikian, pertobatan merupakan suatu kebenaran, yang mutlak di lewati oleh setiap manusia yang mau di benarkan atau di selamatkan. 
        Pertobatan harus merupakan kenyataan pengalaman dan bukannya pernyataan dogma belaka. Ada manifestasi yang dapat dilihat secara nyata.  Marantika menjelaskan bahwa Manifestasi pernyataan itu ialah :
1)   Adanya kepedihan yang dalam akan dosa, rasa rendah diri, yang menyebabkan adanya rasa jijik dan benci terhadap dosa itu (Yoel 2:13; Ayub 42: 5-5);
2)   Adanya pengakuan akan dosa dan yang menuntun ke arah permohonan akan rahmat dan belas kasihan Allah (Hosea 14:2-3);
3)   Adanya kenyataan iman, pelayanan dan perbuatan-perbuatan sebagai buah pertobatan sejati. Karena pertobatan sejati bukan saja sikap negatif terhadap dosa, tetapi lebih dari itu ada sikap positif terhadap kebaikan (Kisah 26:20); dan
4)   Adanya fakta turut berpartisipasi dalam perintah Tuhan seperti halnya dalam pembabtisan (Kisah 2:38)
       Oleh karena itu Lapian, dkk mengemukakan bahwa ada 3 aspek yang harus terlibat dalam pertobatan:
a.         Aspek Pikiran (Intelek)
Suatu sikap seseorang untuk mengambil keputusan setelah melalui pertimbangan akal. Aspek pikiran melibatkan pengertian atau pengenalan akan dosa diri sendiri serta pengakuan rasa bersalah, rasa tercela dan rasa tak berdaya, Maz. 51:3,7,11 (Marantika),  menyadari dosa-dosa tersebut, Luk. 15:17 (Ellis),   kemudian dosa  itu di akui sebagai pelanggaran kebenaran Allah dalam kehidupan pribadi (Lapian).
            Pertobatan sejati bukan seperti orang yang berubah karena takut akan hukuman belaka dan tidak sungguh-sungguh menyesali diri (Mat.27:4). Oleh karena itu, D.W. Ellis menegaskan bahwa aspek pikiran dalam pertobatan harus di tandai dengan terjadinya perubahan dalam pikiran seseorang tentang : Keadaan kebenaran seseorang (Yesaya 64:6), Kesalahan/dosa seseorang (Roma 8:23), Maksud Allah bagi seseorang (Yohanes 3:16; Yehezkiel 33:1).
b.         Aspek Perasaan (Emosi)
            Melalui pertobatan terjadi perubahan aspek emosi orang percaya. Lahirnya suatu perasaan yang membenci dosa dan menyukai kebenaran Firman Tuhan serta perasaan tertuduh apabila berbuat dosa. Marantika menambahkan bahwa ada rasa sedih yang dalam karena dosa-dosa, karena perkara itu di benci oleh Allah dan bertentangan dengan karakter-Nya. Berbahagialah orang yang berdukacita (Matius 5:4), dan yang hatinya pecah dan hancur (Mazmur 51:18-19). Bukan karena rasa malu tetapi karena penyesalan.
c.         Aspek Keinginan (Kemauan)
            Semua tindakan keputusan selalu diawali dengan kehendak. Pertobatan akan mengubah suasana kehendak hati seseorang untuk mengambil dan menerima apa yang ditawarkan Allah. Menurut Marantika, kemauan yang dimaksud di sini adalah kemauan untuk berbalik dari dosa-dosa dan kemauan untuk menerima anugerah Allah dalam Yesus serta kemauan untuk hidup bagi Allah. Dengan kata lain, seseorang harus memutuskan untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.                      

1.2.        Iman
            Secara etimologi Iman dalam bahasa Grika adalah “pisteou” ; kata kerja yang berarti percaya, mempercayai, mempunyai kepercayaan pada, bersandar pada seseorang atau pada sesuatu.  Kata bendanya “pistis” yang berarti kepercayaan pada yang lain atau iman. Sehingga apabila pengertian iman ini dilihat dalam latar belakang karya penyelamatan Allah dalam Kristus Yesus, maka Iman didefinisikan sebagai sikap yang didalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapatkan keselamatan. Iman adalah unsur positif dari perpalingan.
            Sualang mengemukakan bahwa dalam kerangka keselamatan, Iman itu meliputi ide-ide sebagai berikut: tindakan menganggap Tuhan Yesus layak dipercayai karena karakter-Nya dan motif-Nya, tindakan menempatkan kepercayaan dalam kemampuan-Nya melakukan apa yang Ia katakan bahwa Ia sungguh akan melakukannya, tindakan mempercayakan keselamatan jiwanya kedalam tangan Tuhan Yesus, tindakan mengandalkan jiwanya pada pemeliharaan Tuhan.  Hal ini berarti secara pasti menarik diri dari pemeliharaan sendiri dan mempercayakan diri ke dalam pemeliharaan Tuhan Yesus. Selanjutnya Lapian menegaskan bahwa substansi iman adalah mempercayai bahwa hanya di dalam penebusan darah Yesus Kristus ada jalan keselamatan. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).
         Menurut Kevin J. Coner ada 3 elemen yang terlibat dalam Iman, yaitu:
a.         Elemen Pikiran
                        Mustahil memiliki iman tanpa pengetahuan, meski mungkin memiliki pengetahuan tanpa iman. Yang dimaksud dengan elemen pikiran ialah Unsur pengenalan atau pengertian akan kebenaran wahyu Allah yang menyatakan bahwa keselamatan hanya ada dalam Kristus; dimana menurut Marantika, hal ini meliputi percaya akan kenyataan sejarah-Nya dan pengajaran-Nya tentang dosa manusia dan ketergantungan mutlak kepada diri-Nya sebagai Juru Selamat (Roma 10:17).

b.         Elemen Emosi
           Ini adalah tanggapan hati untuk kebenaran Injil. Marantika menjelaskan bahwa elemen emosi sebagai unsur kepekaan atau kesadaran akan kuasa Allah dan perasaan yang dalam tentang anugerah-Nya di dalam Yesus Kristus sebagai satu-satunya hal yang memenuhi kebutuhan yang digerakkan oleh pertobatan sejati (1 Tesalonika 2:13). Ada rasa butuh akan anugerah Allah. Sehingga  menurut Sualang iman harus secara kokoh didasarkan pada injil lalu kemudian  kemudian perasaan. Urutannya adalah fakta, iman dan perasaan.
c.         Elemen Kehendak
                        Injil membawa pencerahan pemahaman. Injil menimbulkan iman dan sukacita  di dalam hati dan menggerakkan kehendak kepada kebaikan. Di mana keyakinan terhadap Firman Allah melahirkan kehendak untuk menerapkannya dalam hidup. Marantika menambahkan bahwa berdasarkan kemauan sendiri ada penyerahan diri tanpa syarat kepada kekuasaan Yesus (Matius 11:28), dan pengakuan akan Yesus sebagai penebus (Roma 10:9-10) dan penerimaan kehadiran-Nya dalam hidup orang percaya (Yohanes 1:12).

1.3.    Baptisan Air
         Kamus Alkitab mendefinisikan bahwa pembabtisan adalah upacara penyelaman/permandian di dalam air sebagai tanda masuk kerajaan Allah. Sualang melaporkan bahwa menurut Vine  kata kerja “baptizo” berarti mencelup, di gunakan orang Grika untuk mencelup kain atau memasukkan kapal ke air. Kata benda baptisma berarti baptisan, terdiri dari proses pencelupan, berada di dalam dan pemunculan ke atas, berasal dari kata bapto yang berarti mencelupkan.
         Baptisan Air mempunyai kaitan erat dengan keselamatan karena tindakan baptisan Kristiani merupakan kesaksian seseorang bahwa dosa-dosanya telah dibasuh sekaligus juga menggambarkan dan melambangkan fakta tentang identifikasi orang berdosa yang percaya pada Kristus di dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Roma 6:3-4). 
         Dalam Roma pasal 6 ini Paulus mempresentasikan sebuah eksegesis atau eksposisi dari tujuan, metode serta makna dari baptisan. Pasal sebelumnya Paulus berbicara tentang bertambahnya dosa  dan tentang bagaimanakah dosa itu, bahwa dimana dosa bertambah, di situ juga kasih karunia berlimpah-limpah. Semakin banyak dosa semakin banyak anugerah. Lalu, dalam pasal 6: “Jika demikian apa yang hendak kita katakan? Jadi bolehkah kita bertekun dalam dosa sehingga kasih karunia makin berlimpah?. Selanjutnya  dia mengatakan: “Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak. Di sana ada sebuah alasan yang sangat penting: kita telah mati terhadap dosa. Kita tidak dapat hidup lagi dalam cara itu karena kita telah mati bagi dunia ini dan juga telah mati terhadap dosa. Adalah tidak mungkin bagi kita untuk hidup lagi di dalamnya. Dan kemudian, dia menggunakan ilustrasi baptisan.
         Criswell menjelaskan bahwa Baptisan adalah sebuah penguburan. Baptisan adalah sebuah penyelaman dan melambangkan penguburan. Penguburan terhadap kehidupan yang lama, tubuh yang lama, pandangan yang lama dan dosa yang lama. Semuanya telah di kuburkan, di singkirkan dan di jauhkan dari pandangan. Tetapi baptisan juga adalah sebuah kebangkitan, di bangkitkan kembali. Baptisan adalah sebuah fase yang baru, sebuah pengharapan yang baru, sebuah tujuan yang baru, sebuah kemenangan yang baru di dalam Kristus Yesus.
            Barclay secara tepat menggambarkan tentang cara dan makna baptisan bahwa apabila seseorang masuk dalam air dan air menutup sampai kepalanya, itu seolah-olah menguburkan dia. Apabila ia muncul dari air, maka seolah-olah ia bangkit dari kubur. Baptisan melambangkan kematian dan kebangkitan kembali. Orang itu mati untuk suatu macam kehidupan dan bangkit kembali untuk suatu kehidupan yang lain; ia mati terhadap kehidupannya yang lama dalam dosa dan bangkit untuk kehidupan baru yang penuh kasih karunia.
         Tuhan Yesus pun memberikan perintah sebelum kenaikan-Nya ke sorga,” karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28:19-20). Demikian pula para Rasul memberikan penekanan khusus tentang baptisan kepada para petobat baru seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 22:16,” Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibabtis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar